Artikel

Sunday, May 12, 2013

AL QURAN PEMBUKA TABIR ALAM SEMESTA DAN ILMU PENGETAHUAN

Allah SWT telah menurunkan Al Quran dengan beberapa fungsi yang dimilikinya. Di antara fungsi-fungsi Al Quran ialah sebagai petunjuk, pembeda antara yang benar dan yang salah, penyembuh penyakit hati, nasehat atau petuah, dan sumber informasi (bayan). Sebagai sumber informasi, Al Quran mengajarkan banyak hal kepada manusia mulai dari persoalan-persoalan keyakinan, moral, prinsip ibadah, dan muamalah, sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan. Agar fungsi Al Quran tersebut dapat terwujud, selain harus dibaca langsung, juga saat menafsirkan Al Quran harus bisa menemukan makna-makna dari firman Allah SWT tersebut, baik yang tersirat maupun yang tersurat.
Meski ada beberapa ayat yang hanya diketahui maknanya oleh Allah semata, misalnya ayat pertama surat al-Baqarah, “Aliif laam miim”. Kalaupun ada yang menafsirkan bahwa lafazh alif laam miim diartikan sebagai singkatan dari Allah, Jibril, dan Muhammad, maka hal itu hanyalah pendapat yang tidak ada rujukannya dalam hadits shahih. Dengan pencarian makna-makna firman Allah SWT dalam Al Quran, tidak dapat dipungkiri dalam perjalanan sejarah umat Islam Al Quran merupakan sumber peradaban. Dengan semangat Al Quran, umat Islam telah melahirkan peradaban besar yang disumbangkan kepada dunia. Berbicara tentang Al Quran sebagai peradaban bukan berarti Al Quran mengandung teori-teori khusus yang dapat diterapkan dalam berbagai eksperimen sains, namun ia memuat prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan dan peradaban. Al Quran bukanlah buku ilmiah atau ensiklopedia ilmu, tetapi ia lebih layak disebut sebagai sumber yang memberikan motivasi dan inspirasi untuk melahirkan ilmu pengetahuan dan peradaban dengan berbagai dimensinya. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menmukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 750 ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Ini membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetauan dalam Al-Qur’an (Islam). Al-Qur’an selalu memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan, pendengaran, semaksimal mungkin.

Pemberitahuan Al Quran 

Detik ketika diturunkannya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW merupakan detik yang sangat bersejarah. Mulai dari detik inilah berkembang suatu era baru dalam sejarah kemanusiaan, yang kemudian mengubah peta dunia dari wajahnya yang suram karena sekian lamanya sudah berada dalam derita penindasan, keonaran dan segala macam kebatilan, yang kini dapat tampil dengan wajah yang cerah karena dapat menemukan kebenaran dan keadilan yang menghantarkan kepada kesejahteraan dan kebahagiaan. Didalamnya terdapat banyak informasi kepada manusia yang harus dibuka, karena Al Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, pada dasarnya menyampaikan informasi tentang Allah, tentang alam, makhluk-makhluk, dan tentang hari akhir. Kumpulan tertulis dari semua surat dan ayat dari Al Quran lazimnya disebut mushhaf. Dan kumpulan ajaran wahyu yang diturunkan pada zaman dahulu disebut shuhuf (QS 87:19). Dari akar kata-kata inilah dikembangkan kata shahifah, dan shahafi yang di zaman modern dewasa ini diberi arti surat kabar/koran. Al Quran adalah kitab yang lengkap dan sempurna. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang membahas tentang Tuhan Pencipta Pemilik alam semesta, sifat-sifatnya, juga ayat-ayat yang membahas masalah manusia, tentang hidup kemasyarakatan, dan juga ayat-ayat yang membahas tentang ilmu pengetahuan. Tuhan sebagai pencipta dan alam dan pengatur alam semesta adalah sumber segala pengetahuan dan Al Quran yang diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Maka hendaknya petunjuk ini adalah petunjuk yang sempurna dan mencakup segala-galanya. Dalam ayat berikut disebutkan Hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu, Aku lengkapkan nikmat-Ku padamu dan Aku ridha menjadikan Islam sebagai agamamu (QS 5: 3) Tidak Kami lupakan suatu apapun dalam Kitab (Al Quran) itu (al-An’aam: 38) Dan Kami turunkan Kitab itu untuk menjelaskan segala sesuatu (an-Nahl: 89). Segala sesuatu disini maksudnya adalah Segala ilmu dan segala hal telah dijelaskan dalam Al Quran. Al Quran mencakup segala ilmu yang bermanfaat berupa kisah masa lalu, pengetahuan tentang apa yang akan terjadi, segala yang halal dan diharamkan.


Allah Maha Pencipta

Kini manusia telah dapat merealisasikan keinginan yang telah lama diimpikan untuk menerobos perbatasan bumi kita guna menemukan keajaiban alam semesta ini. Hal ini membawa manusia semakin dekat kepada hakikat di balik penciptaan dunia ini. Semakin dalam manusia memasuki alam semesta dan menyelidikinya, akan semakin bertambah kemampuan memahami dunia alamiah ini yang akan membawanya lebih dekat kepada kesadaran bahwa alam semesta beserta kemegahan dan susunannya yang menakjubkan itu, tidak akan terwujud hanya karena kemauannya sendiri, tidak akan terpelihara dalam ketepatan dan ketelitian, tanpa ada yang mengaturnya. Segala keteraturan ini adalah wujud dari hukum Allah Maha Pencipta dan biasa disebut “Sunnatullah”. Segala sesuatu diciptakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan bukan untuk disembah atau ditakuti tetapi harus dimanfaatkan dengan tepat bagi keuntungan peradaban manusia. Dalam ayatnya dikatakan “Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi serta menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (Luqman: 20) Kata “sakhara” berarti menundukkan atau menjadikannya pelayan. Kata tersebut memiliki pengertian, bahwa segala sesuatu yang berada di bawah pengawasan manusia sepenuhnya dan manusia dapat menggunakannya menurut keinginannya. Dan juga bahwa ada sistem hukum yang teratur dan serasi yang menyebabkan tiap sesuatu dapat bekerja dan manusia dapat memperoleh keuntungan dari padanya. Banyak benda-benda di langit dan bumi dapat dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan hidup manusia. Banyak makhluk hidup dan benda mati seperti tumbuh-tumbuhan, bumi dan bahan tambang tunduk kepada manusia dan dapat digunakan sesuai dengan kehendak manusia. Matahari, bulan, gugusan bintang dan lainnya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Allah Maha pencipta telah menjadikan segala sesuatu bagi keselamatan hidup manusia, bagi pertumbuhan dan perkembangannya serta kesejahteraannya yang senantiasa bekerja dalam diri dan di luar dirinya sendiri. Ketika manusia maju ilmu pengetahuannya, dia dapat mengungkapkan dan menemukan banyak kenikmatan dari Allah yang sebelumnya tidak ia ketahui. Akan tetapi masih banyak kenikmatan yang belum ia ketahui yang tetap bekerja untuk dirinya yang tidak terlihat oleh panca indera. Namun dengan bertambahnya pengetahuan yang ilmiah akan dapat membuka banyak keajaiban dan rahasia alam kepada manusia serta membawanya lebih dekat dengan Tuhannya. Dan pada akhirnya akan timbul banyak pertanyaan tentang alam dan rahasianya. Yang semua pertanyaan tadi akan menunjukan ke arah satu kebenaran bahwa tujuan hidupnya adalah bersama Tuhan dan diharap bekerja sebagai khalifah-Nya di atas bumi, menjadi cermin citra Allah Maha Penciptanya, meniru sifat-sifat kekuasaan-Nya serta diharapkan agar manusia mampu mengatasi segala kelemahannya agar menjadi lebih dekat kepada kesempurnaan Tuhannya. Oleh karena sasarannya adalah kesempurnaan tertinggi dari alam semesta, maka tujuan akhir hidup manusia itu bergantung pada usahanya yang terus menerus. Mengingkari kebenaran hakiki yang ada di balik semua hukum, keajaiban, dan fenomena alamiah dari pada alam semesta pada hakikatnya juga mengingkari akal pikiran manusia itu sendiri, yang memungkinkan dirinya untuk memperoleh dan memahami ilmu pengetahuan, hukum-hukum alam dan pemanfaatannya bagi kepentingan hidupnya. Al Quran telah memberikan gambaran akan alam materi dan telah memanggil manusia untuk menyelidiki dan mengenali alam ajaib Tuhan, dan melalui alam itu menembus jauh melampaui batas-batas kebendaan sehingga menemukan Hakikat yang ada di belakang alam kebendaan yakni Maha Pencipta, Kekuasaan-Nya, serta Kesempurnaannya, dan dari semuanya itu mencoba memahami tujuan akhir hidupnya.

Konsep Manusia

Dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-16 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya nutfah dalam tempat yang kokoh. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang lain . Maka Mahasuci Allah Pencipta yang paling baik. Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan pada hari kiamat.” Selain itu dalam surat As-Sajdah ayat 7-9 “Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya serta Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. Namun sedikit sekali kamu bersyukur.” Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa manusia tersusun dari dua unsur, materi dan imateri, jasmani dan ruhani. Tubuh manusia berasal dari tanah dan ruh atau jiwa berasal dari substansi imateri di alam ghaib. Tubuh akan kembali menjadi tanah dan ruh atau jiwa akan pulang ke alam ghaib. Tubuh memiliki daya-daya fisik atau jasmani, yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan gaya gerak. Dalam pada itu ruh atau jiwa yang juga disebut al-nafs mempunyai dua daya, daya berpikir yang disebut akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di kalbu yang berpusat di dada. Daya rasa yang berpusat di dada dipertajam melalui ibadah atau riyadhatu nafs, karena intisari dari semua ibadah dalam Islam ialah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Mahasuci Allah swt. Yang Mahasuci hanya dapat didekati oleh ruh yang suci. Ibadah adalah latihan untuk menyucikan ruh atau jiwa. Makin banyak seseorang beribadah secara ikhlas, makin suci pula ruh atau jiwanya. Daya pikir atau akal yang berpusat di kepala dalam sejarah Islam dipertajam oleh golongan cendekiawan dan filosof Islam karena dorongan ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat yang mengenai kosmos, yang mengandung perintah agar manusia banyak memikirkan dan meneliti alam sekitarnya. Ulama-ulama silam banyak melaksanakan perintah ini dan mengembara ke tempat-tempat jauh untuk meneliti dan mencari pengetahuan bukan dalam bidang agama saja, tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Pemikiran dan penelitian mereka menghasilkan ilmu pengetahuan keagamaan yang diwarisi generasi-generasi sesudahnya dan ilmu pengetahuan keduniaan, dan timbullah peradaban Islam. Inilah hakikat manusia. Manusia tersusun dari unsur-unsur materi yaitu tubuh yang mempunyai hayat dan unsur imateri yaitu ruh yang mempunyai dua daya, daya rasa di dada dan daya pikir di kepala. Daya rasa jika diasah dengan baik, mempertajam hati nurani, dan daya pikir, jika dilatih, mempertajam penalaran.


Al Quran dan Ilmu Ilmu Pengetahuan

Al Quran memberi kedudukan yang tinggi kepada Ilmu pengetahuan. Dalam ayat-ayat Al Quran banyak yang menjelaskan tentang kedudukan Ilmu pengetahuan, membedakan antara orang yang berilmu dan tidak berilmu. Dilihat dari sejarah, dapat dilihat perjalanan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak manusia pertama diciptakan “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkan kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. Mereka menjawab “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Dari ayat diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu, bahwa manusia mempunyai ilmu yang lebih luas dibandingkan dengan malaikat. Adam sebagai bapak manusia sedunia, benar-benar sudah mengetahui bentuk segala sesuatu pada waktu hidupnya sampai keturunan terakhir. Selain itu dalam kisah Nabi Nuh AS, ketika dia diperintahkan untuk membuat sebuah perahu yang besar, yang kini sama dengan supertanker atau kapal induk pada masa sekarang. “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” “Kami berfirman,’Muatlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan) pula orang-orang yang beriman..” Al Quran memang tidak mengandung teori-teori khusus yang dapat diterapkan dalam berbagai ilmu pengetahuan, namun Al Quran memuat prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Dan manusia harus menafsirkan dan menemukan makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Maka disini manusia perlu menjalankan antara pikir dan zikir dalam satu kapasitas pengabdian sebagai seorang hamba. Pikir dan zikir bersama dengan ibadah kepada pencipta Alam ini merupakan perwujudan identitas diri sebagai khalifah fil ardhi. Dengan memperbanyak pikir dan zikir manusia dapat membuat kemajuan peradaban dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA 

Al Quran dan Terjemahannya

Muhammad Mas’ud. Dahsyatnya Misteri Bilangan-Bilangan & Angka Dalam Al-Qur’an. Laksana. 2011. Jogjakarta.

Afzalur Rahman. Al Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Bina Aksara. Jakarta.

Prof. Dr. Harun Nasution. Islam Rasional. Mizan. 1998. Bandung.

Dr. Amir An Najar. Ilmu Jiwa dalam Tasawuf. Pustaka Azzam. 2004. Jak-sel

Abdul Majid Bin Aziz Al-Zindani. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang Iptek. Gema Insani Press.1997. Jakarta

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Gema Insani Press. 1999. Jakarta.

No comments:

Post a Comment